Semarang sebagai kota kelahiran IIBF (Indonesian Islamic Business Forum) pantas berbangga dengan dipilih untuk tempat lounching sebuah program yang luar biasa " One Month Entrepreneurs" atau OME. Program ini di design bagi para pengusaha pemula dan calon pengusaha bagaimana caranya memulai sebuah bisnis, menjalankan bisnis, mengembangkan bisnis dan merasakan tantangan sebuah bisnis. Melihat sosok dibelakang program (Pak Heppy - Presiden IIBF) tentu tidak perlu dipertanyakan lagi bahwa ini sebuah program yang serius, lengkap dan sangat bermanfaat.
Para peserta terpilih yang telah selesai mengikuti program akan memiliki mentalitas dan keterampilan yang memadai untuk menjalankan bisnisnya.OME tidak menwarkan modal, tetapi keterampilan dan sikap mental yang merupakan hal terpenting bagi pebisnis. Para peserta mendapatkan training, praktek bisnis, coaching bisnis dan tips-tips praktis yang perlu diketahui para pebisnis. Dengan melihat kesemuanya layak jika program ini mendapatkan perhatian yang lebih dari Semarang. Setelah Semarang kota-kota lain akan segera menyusul. Buat para peserta yang nantinya terpilih, Selamat Datang di program yang luar biasa ini dan Semoga Sukses. - MH -
Selasa, 29 Juni 2010
Senin, 07 Juni 2010
Sosial Ekonomi Pertanian-Agribisnis
Ketika mengikuti Munas Persatuan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (POPMASEPI) Tahun 2002 ada sebuah pernyataan dari seorang teman bahwa jurusan Sosial Ekonomi Pertanian adalah sebuah jurusan yang nanggung. Pertanian tidak, ekonomi juga tidak. Pernyataan ini menarik, benarkah demikian?Bukannya sudah jelas kalau kita pertanian?Terbukti gelarnya Sarjana Pertanian?
Pernyataan ini menjadi menarik jika kita secara jujur melihat apa yang diperoleh selama masa perkuliahan. Materi ekonomi dan sosial jelas lebih dominan. Materi budidaya pertanian hanya dasar dan pengantar. Dari sana terbaca bahwa jurusan ini memang bukan untuk menciptakan ahli pertanian, tapi ahli sosial ekonomi yang berkultur pertanian. Yang tahu bagaimana caranya meningkatkan perekonomian desa yang notabene penduduknya pertanian.
Yang menjadi problem adalah lulusannya tidak memiliki ruang gerak cukup untuk mengeksplorasi kemampuan akademisnya, karena statusnya yang nanggung tadi. Ekonom bukan,petani bukan. Posisi paling strategis adalah PPL,PNS dan Guru atau paling Top pegawai Bank. Jika ada yg berkarier dibidang lain itu lebih karena kemampuan universal dia buka design akademik yang dia peroleh. Hal ini lazim terjadi tapi buat saya ini sangat serius karena jika ingin menjadi kekuatan yang sebenarnya. Terkait dengan itu saya rasa langkah2 strategis perlu dilakukan:
1. Mempertajam mata kuliah yang terkait ekonomi pedesaan, fokus pada ekonomi pedesaan
2. Menambahkan materi2 dan kegiatan yang bisa mengakselerasi pembangunan desa baik tentang mikroekonomi, infrastruktur pedesaan dll
3. Materi tentang entrepeneurship yang berbasis desa
4. Teknologi informasi
Kesimpulannya adalah lebih fokus pada pedesaan dengan target menciptakan titik-titik pertumbuhan di desa-desa.
Dalam hal ini POPMASEPI bisa berbuat banyak untuk mendorong pihak jurusan. Akhirnya saya ucapkan selamat Munas di Bojong Seungit, semoga membawa kebaikan.
Alumni Bojong Seungit 99
Pernyataan ini menjadi menarik jika kita secara jujur melihat apa yang diperoleh selama masa perkuliahan. Materi ekonomi dan sosial jelas lebih dominan. Materi budidaya pertanian hanya dasar dan pengantar. Dari sana terbaca bahwa jurusan ini memang bukan untuk menciptakan ahli pertanian, tapi ahli sosial ekonomi yang berkultur pertanian. Yang tahu bagaimana caranya meningkatkan perekonomian desa yang notabene penduduknya pertanian.
Yang menjadi problem adalah lulusannya tidak memiliki ruang gerak cukup untuk mengeksplorasi kemampuan akademisnya, karena statusnya yang nanggung tadi. Ekonom bukan,petani bukan. Posisi paling strategis adalah PPL,PNS dan Guru atau paling Top pegawai Bank. Jika ada yg berkarier dibidang lain itu lebih karena kemampuan universal dia buka design akademik yang dia peroleh. Hal ini lazim terjadi tapi buat saya ini sangat serius karena jika ingin menjadi kekuatan yang sebenarnya. Terkait dengan itu saya rasa langkah2 strategis perlu dilakukan:
1. Mempertajam mata kuliah yang terkait ekonomi pedesaan, fokus pada ekonomi pedesaan
2. Menambahkan materi2 dan kegiatan yang bisa mengakselerasi pembangunan desa baik tentang mikroekonomi, infrastruktur pedesaan dll
3. Materi tentang entrepeneurship yang berbasis desa
4. Teknologi informasi
Kesimpulannya adalah lebih fokus pada pedesaan dengan target menciptakan titik-titik pertumbuhan di desa-desa.
Dalam hal ini POPMASEPI bisa berbuat banyak untuk mendorong pihak jurusan. Akhirnya saya ucapkan selamat Munas di Bojong Seungit, semoga membawa kebaikan.
Alumni Bojong Seungit 99
Selasa, 21 April 2009
Politik , Dunia Tanpa Bentuk
Walau belum final, tapi hampir dipastikan Partai SBY (Demokrat) akan memuncaki perhelatan pemilu kali ini. Kemenangan partai anak bawang ini kontan langsung menimbulkan ketersinggungan elit partai lain. Macam-macam reaksinya. Partai-partai yang mengklaim dirinya partai besar dan mapan serentak panik, meski efek lanjutanya berbeda-beda. Yang satu tetap percaya diri dan tetap optimis jadi capres meski sudah terbukti capresnya adalah kartu mati. Lha gimana lagi kagok malu. Yang satu kasak-kusuk putar haluan balik kanan muter-muter yang sampai akhirnya mereka masih bingung sampai hari ini mau ngapain. Partai-partai lain bersorak, bertepuk, mencela, menuduh, diem dengan harapan dapat untung. Partai pemenangya senyam-senyum (namanya juga menang, segala sesuatu enak) dalam kebingungan ini menanti titah yang punya partai. Di pojok lain caleg-caleg bertingkah semaunya. Ada yang gila, stres, pura-pura gila, serius, stress tapi ndangdutan, ngaji, gembira dan membayangkan nikmatnya kekuasaan. Mengamati itu semua, hanya satu kata saja.Gila...apa maunya orang-orang ini. Tapi inilah demokrasi belajaran atau justru demokrasi kelewat batas. Ada nilai-nilai yang diabaikan atas nama nilai yang lain. Semuanya berlabel atas nama rakyat dan bangsa. Rakyat mana?bangsa mana? Dimana kearifan kita dan rasa sabar kita. Para politisi ini saya yakin pasti tahu ilmunya berpolitik. Mereka punya ilmu yang hampir sama, gerombolan intel politik yang hampir sama. Mereka pasti tahu kekisruhan dan kekonyolan pemilu kali ini sebabnya apa. Dan mereka juga tahu bukan itu yang membuat partai mereka kalah. Tapi mereka juga tahu harus dicari alasan-alasan untuk menghibur diri dan menyerang partai pemenang yang kebetulan memerintah dan memang berperan terhadap segala carut marut ini. Jadi klop kan? jurus jitu, cari alasan,kambing hitam,selamatkan diri dan dan menampilkan muka sebagai pahlawan bangsa. good concept. Tapi secara khusus saya akan menyoroti eks aktivis yang ada didalam organisasi politik itu. Baik aktivis kanan yang selalu melihat kalau bukan dari rombongan mereka pasti komunis, atau aktivis kiri dengan idealismenya yang campur aduk, atau mereka yang memang sudah oportunis dari mahasiswanya. Hampir semua organisasi ini punya kultur sama, senior mainded. Mereka akan dengan tekun terkantuk-kantuk mendengarkan wejangan seniornya, mencoba menelaah satu demi satu kata-kata yang berbunga. Doktrin, wacana, konspirasi, idealisme, hati nurani masuk dan bergulat di dalamnya. Ketika masuk ke dunia nyata bermacam-macamlah jalan yang mereka pilih. Yang beruntung dengan berbagai cara akan menduduki pos strategis di elit partai. Wuih mereka memang hebat. Semua teori dan wacana akan dengan lancar mereka sampaikan.lenin,marx,soekarno, ali syariati, hasan al banna, atau teori konspirasi tukang bakso pingir jalan mereka ahlinya. Semua hal dapat dilihat dari berbagai bentuk. hebat khan? Nah sekarang mereka juga ikut mewarnai hingar bingar 2009 selain para caleg dan politisi karbitan. Harusnya idealisme dan kerakyatan mereka yang bicara. Bukan kegenitan intelektualnya. Hanya dengan itu mereka akan memberikan sumbangsih yang luar biasa. Jika tidak mereka berpotensi untuk membikin segala situasinya semakin ricuh. Akhirnya inilah dunia politik. Tanpa bentuk.Lonjong, kotak, lingkaran terserah dari sudut mana kita mengambilnya.wassallam. |
Selasa, 07 April 2009
Pemilu...Siapa Yang Punya
hhh. Usai Sudah (untuk sementara). Ritual arak-arakan. Pidato-pidato dan hiburan yang hingar bingar. Lebih lagi gambar-gambar yang memangsa habis setiap sudut negeriku. Dari Jakarta sampai kampung di pedalaman kalimantan sana. menyerang, mendoktrinasi dan mengotori wajah negeri ini. Sekarang tinggal kelegaan bagi sebagian orang dan ketegangan bagi para caleg. Apakah segenap usaha mereka akan mendapatkan hasil atau yang tertinggal hanya tumpukan hutang? Derasnya janji sampai berliur-liur di panggung kampanye akan kita buktikan pada Tanggal 9 ini.
Sebuah pesta yang multi dimensi. Gabungan dari ambisi, percaya diri, kebencian, pengabdian, pengorbanan dan panggung kekonyolan. Bahkan ada yang saking putus asanya menawarkan 1 M bagi Desa-desa jika dia menang. Tapi pada intinya semua hanya bicara bagaimana caranya berbelanja dengan mau menggratiskan semuanya. bagi-bagi uang. bukain lapangan kerja padahal dirinya sendiri pengangguran gak ada perusahaan mau terima kerja. Tidak ada atau mungkin saya tidak tahu bagaimana caranya untuk memenuhi kebutuhan belanja itu. Hutang?mengejar-ngejar orang agar bayar pajak? atau cara-cara lain? bukankah belanja butuh uang. Saran saya jangan banyakan hutang. Berat bayarnya.
Akhirnya selamat berlomba. Semoga tabah bagi yang kalah. Dunia belum berakhir.
Sebuah pesta yang multi dimensi. Gabungan dari ambisi, percaya diri, kebencian, pengabdian, pengorbanan dan panggung kekonyolan. Bahkan ada yang saking putus asanya menawarkan 1 M bagi Desa-desa jika dia menang. Tapi pada intinya semua hanya bicara bagaimana caranya berbelanja dengan mau menggratiskan semuanya. bagi-bagi uang. bukain lapangan kerja padahal dirinya sendiri pengangguran gak ada perusahaan mau terima kerja. Tidak ada atau mungkin saya tidak tahu bagaimana caranya untuk memenuhi kebutuhan belanja itu. Hutang?mengejar-ngejar orang agar bayar pajak? atau cara-cara lain? bukankah belanja butuh uang. Saran saya jangan banyakan hutang. Berat bayarnya.
Akhirnya selamat berlomba. Semoga tabah bagi yang kalah. Dunia belum berakhir.
Rabu, 01 April 2009
Desaku, Desa Tua
Lima belas atau duapuluh tahun yang lalu kampungku di ujung utara jawa tengah dengan lautnya yang jinak dan indah sangat semarak, berbagai macam aktivitas remaja dan anak-anak sangat nyata. Jauh berbeda dengan saat ini.Mati, kusam, sama sekali tidak ada kreativitas. Bukan karena berganti rejim kawan....tapi cara pandang terhadap kehidupan memang berbeda. Apakah karena kesulitan hidup? apa karena naluri untuk mencapai kemajuan dan kekeyaan membuat kita (termasuk saya) berbondong-bondong keluar dari kampung halaman. Kerinduan itu selalu ada. Mungkinkah kita membangun kampung kita. Dengan hati, ketulusan dan keinginan untuk maju. Bukan cuma membaca dari media bahwa kampung kita telah dijejaki, dijerat dan dikemudikan politisi-politisi kualitas rendahan. Banyak yang ingin pulang termasuk saya. Suatu hari....ya suatu hari. |
Langganan:
Postingan (Atom)